Jumat, 08 Juni 2012

Awan


Halo awan, maaf beberapa (banyak) pekan ini aku lupa padamu, yah.
Dan tadi kamu datang menurunkan pesananku dahulu yah?
Huh. Terlambat. Aku sudah tidak menginginkannya lagi.
Itu sebabnya kau menangis?
Dan kau curang, Awan! kau tidak ingin menangis sendirian, kan?
Tapi juga kenapa harus aku, awan? Berhentilah mengejekku
Awan, cukup. Aku lelah dengan semua permainanmu.
Oh iya, daripada kau bermain-main, bagaimana kalau kau sampaikan salamku untuk Semesta? Katakan padanya, aku minta maaf.
Karena aku tidak selalu bisa tahu dan sering kali terlambat untuk tahu pesan-pesannya.
Tolong ya, Awan? :D


ocehan-ocehan twitter sore hari,
selepas hujan,
Yogyakarta, 6 Juni 2012

Hujan Bulan Juni


tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu 

-Sapardi Djoko Damono-




Rasa yang tertahan, rasa yang coba dihapuskan, dirahasiakan,sengaja untuk tidak diucapkan.
Hujan tak mungkin jatuh di bulan Juni.

Jarak


Jarak adalah ‘alat’ terbaik untuk memupuk rindu.
Itu untuk jarak terhitung.
Sedangkan kita, terpisah. Pada jarak imajiner.
Dan aku sedang rindu. Rindu yang tak ingin aku rindukan [lagi].

Aku Iri


Aku selalu iri dengan hujan,
karena dia selalu bisa menahanmu.
Sedang aku tidak, hanya bisa mengandalkan hujan.

5 Menit


hey kamu, ya kamu! kamu yang berada di sana. apa kamu mendengar panggilanku? aku memanggilmu untuk datang ke sini, menemui, dan menemaniku sejenak. padahal kamu memang sudah di sini dan aku hanya ingin menahanmu saja. konyol.
kurasa maksudku tak sampai. jadi dengan cara apa aku bisa menahanmu di sini? aku sudah gunakan bahasa isyarat, bahasa tak langsung, menggunakan sandi pula. tetapi kau masih tidak mengerti juga?
baiklah, berarti aku harus mengatakan langsung kepadamu..
"Tunggu dulu, jangan pergi, 5 menit saja ya aku menahanmu di sini? boleh?"
dan kemudian kamu mengangguk, tanpa tau 5 menitku adalah 5 menit dunia nyata untuk dunia mimpi, yaitu 1 jam.
sebelumnya, aku sudah bekerjasama dengan awan mendung, agar dia menurunkan hujan dengan deras setelah 5 menitku usai, selama 10 menit dunia nyata untuk dunia mimpi. baiklah itu 2 jam. dan kemudian kamu tak bisa kemana-mana, lalu akhirnya tertahan di sini. aku licik ya? tapi tak apalah, kurasa kamu akan memaafkan kelicikanku kali ini. karena aku memang tak pernah licik dan kamu yang mengajariku untuk licik. yeah, dan jangan salahkan aku.
dan setelah 15 menit masa penahananmu, hujan reda dan kemudian kamu pun pergi untuk pulang. pulang menurut versi umum tentu saja. bukan pulang menurut versiku. seiring dengan kesadaranku yang pulang, bahwa aku tak sedang berada di dunia nyata.
dan tetap. aku masih tak punya keberanian untuk berbicara denganmu. tanpa sandi.

Semacam Maruk

Aku udah punya tum*lr, tapi masih pengen punya blogspot juga. huh. gimana dong? ini gara-garanya si tum*lr itu gak bisa buat nambahin komen, kan aku pengen ada yang ngomen juga ceritanya. akhirnya belajar deh pake blogspot. walaupun udah enak banget pake yang satu tadi.
yaudah deh ini hasilnya, mau mindahin tulisan ke sini dulu ah~
#lalala #yeyeye

Minggu, 15 Januari 2012

what's new?

menerapkan apa yang dahulu guru-guru ku nasehatkan jika aku salah. trial and error. like this. yeah.
sama kayak bikin blog ini. aku bingung sendiri. ugh. cupu ya aku. yaudah yang penting udah kelar bikin blognya, tinggal besok ngisi ama tulisan-tulisan aja ya! ;)

yuhuuu ini udah jam 12 malem.
12 lebih malah, ya ampun aku akan berubah jadi peri. oh tidak.
harus tidur kalau begitu.

selamat malam